Sekilas tentang Sinematografi
Sinematografi adalah kata serapan dari bahasa Inggris cinematograhy yang berasal dari bahasa latin kinema ‘gambar‘. Sinematografi sebagai ilmu serapan merupakan bidang ilmu yang membahas tentang teknik menangkap gambar dan menggabung-gabungkan gambar tersebut hingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide. Sinematografi memiliki objek yang sama dengan fotografi yakni menangkap pantulan cahaya yang mengenai benda. Perbedaannya fotografi menangkap gambar tunggal, sedangkan sinematografi menangkap rangkaian gambar. Jadi sinematografi adalah gabungan antara fotografi dengan teknik rangkaian gambar atau dalam senematografi disebut montase atau montage. Namun sinematografi tidaklah hanya melihat melalui kamera dan mengambil gambar. Ia memerlukan mata yang tajam dan imaginasi yang kreatif.
Hasil sinematografi sering disebut dengan sinema (cinema)
Definisi Sutradara
Sutradara adalah orang yang bertanggung jawab atas layak tidaknya sebuah film untuk dilihat. Seorang sutradara adalah orang yang selalu berada di lokasi set. Ialah yang berperan penting dalam hampir semua aspek pembuatan film. Mulai dari menyetujui model kostum yang dipakai, audisi para pemeran (casting), menentukan sudut pengambilan gambar (camera angle), menciptakan nuansa dan atmosfir adegan, menentukan gaya penampilan pemeran, dan segala macam kreatifitas-kreatifitas yang harus ditampilkan dalam sebuah film. Dalam film independent, biasanya sutradara akan merangkap beberapa jabatan didalam proyek film.
Sutradara film memiliki perbedaan dengan sutradara teater. Sutradara teater lebih memfokuskan diri pada proses (sedangkan hasil dipengaruhi oleh pengembangan diri aktor dan faktor teknis). Sedangkan sutradara film lebih memfokuskan pada hasil (hasil bersifat paten).
Kerja Sutradara
Seorang sutradara yang baik akan memastikan seluruh bagian film dibuat secara kreatif dan disajikan secara utuh. Dia menafsirkan skrip, melatih para pemain, bekerjasama dengan bagian art dan lain sebagainya. Posisi seorang sutradara dalam proses pembuatan film pada umumnya sangat kompleks. Ia dilihat sebagai pemimpin dengan kemampuannya memberi arahan. Jika dilihat dari sudut pandang ini, hasil kerja (film) ditentukan oleh skrip, kerja kamera, akting dan editing. Peran sutradara adalah pada pengorganisasiannya.
Sebagian sutradara mengutamakan kerja kamera. Mereka akan sangat cerewet soal keindahan gambar. Sementara ada pula sutradara yang mengatakan bahwa seni film terletak proses editing. Bagi mereka, semua proses pada akhirnya berujung pada editing. Ada juga sutradara yang mengutamakan aspek cerita, dan actor. Kesimpulannya, begitu banyak teori tentang penyutradaraan film.
Tugas seorang sutradara adalah menerjemahkan atau menginterpretasikan sebuah skenario dalam bentuk imaji/gambar hidup dan suara.
Pada umumnya, apa pun bentuk produksi film selalu terbagi menjadi tiga tahap, yakni:
1) praproduksi,
2) produksi atau shooting,
3) pascaproduksi.
Tugas sutradara adalah pada tahap produksi. Namun bukan berarti sutradara tidak perlu mengetahui aspek praproduksi dan pasca produksi. Pemahaman praproduksi akan mencegah sikap arogan dan tuntutan yang berlebih atas peralatan dan aspek-aspek penunjang produksi yang notabene merupakan tugas tim praproduksi. Misalnya, sutradara tidak terlalu menuntut disediakan pemeran yang honornya mahal apabila ia menyadari bahwa tim budgeting tidak menganggarkan dana berlebih untuk honor pemeran. Pemahaman pascaproduksi akan mencegah sutradara menginstruksikan pengambilan gambar dengan komposisi atau angle yang penyambungannya mustahil dilakukan oleh editor.
Seorang sutradara harus mengambil posisi terpisah dari unsur-unsur produksi. Sutradara, mengawasi semua bidang kerja kreatif. Visi artistiknya akan menciptakan karakter film secara keseluruhan. Peran sentral seorang sutradara pada proses pembuatan film mau tidak mau memaksanya untuk memberi perhatian secara langsung atau tidak langsung pada keseluruhan film.
Sutradara memiliki tugas dan tanggung jawab yang berat. Di lapangan seorang sutradara berperan sebagai manajer, kreator, dan sekaligus inspirator bagi anggota tim produksi dan para pemeran. Peran yang sedemikian besar mengharuskan sutradara memahami benar konsep cerita, memahami situasi lingkungan maupun psikologis para pelibat produksi, dan juga harus memahami bagaimana menjalin hubungan yang baik dengan semua pelibat produksi.
Seorang sutradara profesional harus bisa membuat ide-ide kreatif bersama seluruh pimpinan produksi. Mereka harus berkolaborasi. Karena masing-masing pimpinan produksi pastilah memiliki keahlian masing-masing. Sehingga masukan ide kreatif dari masing-masing ahli itu akan sangat membantu untuk menciptakan film yang baik. Di dalam produksi film, sutradara harus memiliki keterikatan komunikasi dengan semua elemen, yaitu antara lain:
Sutradara – DOP
D.O.P atau Director of Photography adalah seorang seniman yang melukis dengan cahaya. Ia harus familiar dengan komposisi dan semua aspek teknik pengendalian kamera dan biasanya dipanggil untuk menyelesaikan permasalahan teknis yang muncul selama perekaman film. Kerja D.O.P sangat dekat dengan sutradara untuk mengarahkan teknik pencahayaan dan jangkauan kamera untuk setiap pengambilan gambar. D.O.P bertangung jawab untuk semua hal yang berkaitan dengan fotografi pencahayaan film, exposure, komposisi, kebersihan, dll. D.O.P juga menciptakan jiwa dan perasaan dalam gambar dengan pencahayaan. Sutradara dan D.O.P secara konstan berdiskusi tentang angle kamera, warna, pencahayaan, blocking dan pergerakan kamera.
Sutradara – Asisten Sutradara (Rundown, Koordinator Talent, Akting Trainer)
Sutradara bekerja sama dengan Clapper (Continuity script), koordinator talent, dan akting trainer dalam proses produksi untuk memperingan pekerjaannya.
Sutradara – Penata Artistik (Set, Property, Wardrobe, Make-Up, Musik, lighting)
Sutradara harus selalu berdiskusi dengan para Chip (kepala divisi) artistik yang membawahi bagian set, property, wardrobe, make-up, music, dan lighting. Tujuannya adalah agar konsep dan keinginan sutrdara dapat diwujudkan melalui elemen-elemen tersebut.
- Penata Lighting
Orang yang berhak dan memiliki konsep tentang tata cahaya sesuai dengan script atau nuansa film yang diinginkan sutradara.
- Penata Set/ Property
Orang yang bertugas merancang, mengatur, menata, dan menyediakan set dan property di lokasi syuting.
- Penata Wardrobe/ Kostum
Orang yang bertugas mendesain, menyediakan, dan memasang kostum/ wardrobe untuk para aktor.
- Penata Make-Up dan Hair Do
Orang yang menyediakan dan memasangkan rias wajah dan rambut aktor.
- Penata Musik/ Sound Desainer
Orang yang bertanggung jawab atas segala aspek suara yang terdapat dalam sebuah film. Ia bekerja sama dengan sutradara dari tahap praproduksi, berdiskusi untuk membuat konsep dan desain suara.
Sutradara – Aktor
Sutradara memberikan pengarahan, briefing, dan pelatihan kepada aktor dalam memerankan tokoh sesuai dengan script yang telah diinterpretasikan. Pelatihan dapat mengacu pada pengkarakteran, dialog, intonasi, moving, dan ekspresi.
Sutradara – Editor
Editor adalah bagian penting dalam proses pasca produksi. Seorang editor bertanggung jawab untuk menggabungkan semua gambar dengan cara dan urutan sesuai dengan script dengan pendampingan sutradara.
Rumus 5-C
Sebelum seorang sutradara mengarahkan semua pemain dalam sebuah produksi, ada baiknya sutradara memiliki kepekaan terhadap Rumus 5 –C, yakni close up (pengambilan jarak dekat), camera angle (sudut pengambilan kamera), composition (komposisi), cutting (pergantian gambar), dan continuity (persambungan gambar-gambar). Kelima unsur ini harus diperhatikan oleh sutradara berkaitan dengan tugasnya di lapangan.
1. Close Up
Unsur ini diartikan sebagai pengambilan jarak dekat. Sebelum produksi (shooting di lapangan) sutradara harus mempelajari dahulu skenario, lalu diuraikan dalam bentuk shooting script, yakni keterangan rinci mengenai shot-shot yang harus dijalankan juru kamera. Terhadap unsur close up, sutradara harus betul-betul memperhatikan, terutama berkaitan dengan emosi tokoh. Gejolak emosi, kegundahan sering harus diwakili dalam shot-shot close up.
2. Camera Angle
Unsur ini sangat penting untuk memperlihatkan efek apa yang harus muncul dari setiap scene (adegan). Jika unsur ini diabaikan bisa dipastikan film yang muncul cenderung monoton dan membosankan sebab camera angle sebagai unsur visualisasi yang menjadi bahan mentah dan harus diolah secermat mungkin. Pada film-film opera sabun sering ada pembagian kerja antara pengambilan gambar yang long shot dan close up untuk kemudian diolah dalam proses editingnya. Variasi camera angle dapat mengayakan unsur filmis sehingga film terasa menarik.
3. Composition
Unsur ini berkaitan erat dengan bagaimana membagi ruang gambar dan pengisiannya untuk mencapai keseimbangan dalam pandangan. Composition merupakan unsur visualisasi yang akan memberikan makna keindahan terhadap suatu film. Pandangan mata penonton sering harus dituntun oleh komposisi gambar yang menarik. Jika aspek ini diabaikan, jangan harap penonton akan menilai film ini indah dan enak ditonton.
4. Cutting
Diartikan sebagai pergantian gambar dari satu scene ke scene lainnya. Cutting termasuk dalam aspek pikturisasi yang berkaitan dengan unsur penceritaan dalam urutan gambar-gambar. Sutradara harus mampu memainkan imajinasinya ketika menangani proses shooting. Imajinasi yang berjalan tentunya bagaimana nantinya jika potongan-potongan scene ini diedit dan ditayangkan di monitor.
5. Continuity
Unsur terakhir yang harus diperhatikan sutradara adalah continuity, yakni unsur persambungan gambar-gambar. Sejak awal, sutradara bisa memproyeksikan pengadegan dari satu scene ke scene lainnya. Unsur ini tentunya sangat berkaitan erat dengan materi cerita.
Unsur Visual (visual element)
Selanjutnya masih dalam tahap persiapan penyutradaraan, seorang sutradara juga harus memahami unsur-unsur visual (visual element) yang sangat penting dalam mengarahkan seluruh krunya. Ada enam unsur visual yang harus diperhatikan, yaitu sikap pose (posture), gerakan anggota badan untuk memperjelas (gesture), perpindahan tempat (movement), tindakan/perbuatan tertentu (purpose action), ekspresi wajah (facial expression), dan hubungan pandang (eye contact)
1. Sikap/Pose
Hal pertama yang menjadi arahan sutradara adalah sikap/pose (posture) pemainnya. Ini sangat erat kaitannya dengan penampilan pemain di depan kamera. Dengan monitor yang tersedia, sutradara harus mampu memperhatikan pose pemainnya secara wajar dan memenuhi kaidah dramaturgi. Apalagi untuk kalangan indie yang cenderung pemainnya masih baru atau belum pernah bermain di depan kamera sama sekali.
2. Gerakan Anggota Badan
Sesuai dengan shooting script, tentunya seorang atau beberapa pemain harus menggerakkan anggota tubuhnya. Namun, gesture yang mereka mainkan harus betul-betul kontekstual. Artinya, harus betul-betul nyambung dengan gerakan anggota tubuh sebelumnya. Misalnya, setelah seorang pemain minum air dari gelas tentunya gerakan berikutnya mengembalikan gelas tersebut dengan baik. Jangan sampai ada gerakan-gerakan tubuh yang secara filmis dapat menimbulkan kejanggalan.
3. Perpindahan Tempat
Seorang sutradara dengan jeli akan memperhatikan dan mengarahkan setiap perpindahan pemain pendukungnya. Perpindahan pemain ini tentunya dalam rangka mengikuti shooting script yang dibuat sang sutradara sendiri. Di sini, sutradara yang baik harus mampu mengarahkan pemainnya melakukan perpindahan secara wajar dan tidak dibuat-buat. Untuk itu, menonton pertunjukan teater bagi seorang sutradara dapat mengasah ketrampilan penyutradaraan.
4. Tindakan Tertentu
Aspek ini tentunya dikaitkan dengan casting yang diberikan kepada seseorang. Casting disini diartikan peran yang dijalankan pemain film dalam menokohkan karakter seseorang yang terlibat dalam cerita film tersebut. Selain ada casting ada juga yang disebut cameo, yakni penampilan seseorang dalam sebuah film tetapi membawakan dirinya sendiri (tidak menokohkan orang lain). Dalam hubungan dengan casting, seorang pemain film harus diarahkan sang sutradara agar melakukan tindakan sesuai dengan tuntunan skenario.
5. Ekspresi Wajah
Unsur ini sering berkaitan dengan penjiwaan terhadap naskah. Wajah merupakan cermin bagi jiwa seseorang. Konsep inilah yang mendasari aspek ini harus diperhatikan betul oleh sutradara. Terutama untuk genre film drama, unsur ekspresi wajah memegang peran penting. Shot-shot close up yang indah dan pas dapat mewakili perasaan sang tokoh dalam sebuah film. Contoh kecil sering ditampilkan dalam perfilman India. Jika seseorang sedang jatuh cinta ukuran gambar big close up bergantian antara pria dan wanita. Namun sutradara juga harus memperhatikan penempatannya serta waktu yang tepat. Jika tidak tepat, komunikasi dalam film tersebut gagal. Di sini, ada pedoman time is key, waktu adalah kunci.
6. Hubungan Pandang
Hampir sama dengan ekspresi wajah, hubungan pandang di sini diartikan adanya kaitan psikologis antara penonton dan yang ditonton. Untuk membuat shot-shot-nya, biasanya sutradara selalu memberikan arahan kepada pemain film agar menganggap kamera sebagai mata penonton. Dengan cara seperti ini, biasanya kaidah hubungan pandang ini akan tercapai. Dengan mengibaratkan kamera sebagai mata penonton, berarti pemain harus berlakon sebaik mungkin untuk berkomunikasi dengan penonton lewat lensa kamera.
Dengan menguasai Rumus 5-C dan Visual Element secara baik dan benar bisa dipastikan seorang sutradara akan mampu membuat film menjadi tontonan menarik dan munculnya situasi komunikatif antara tontonan dan penonton.
KRITERIA SUTRADARA
1. Harus memiliki kemampuan manajerial: kemampuan komunikasi yg baik dan mengarahkan (to direct) semua elemen untuk mencapai hasil yang dituju. mengkoordinasi semua pihak yang terlibat mulai dari penulis naskah, pemain, kameraman, desainer, editor dll.
2. Memiliki jiwa kepemimpinan (leadership), tegas dan cepat mengambil keputusan atau memecahkan masalah.
3. Memiliki visi dan pendirian yang kokoh namun fleksibel dalam segala saran dan kritik.
4. Memiliki jiwa artistik dan kreatif.
5. Dapat menginterpretasi naskah, dan merancang adegan (memiliki wawasan yang luas)
6. Mengetahui (minimal dasar) ilmu2 fotografi, lighting, tata artistik dsb.
7. Memiliki banyak koneksi, mulai dari produser hingga driver.
Dari semua hal di atas, cara paling gampang menjadi seorang sutradara adalah: Ambil kamera, sorot, dan mulailah menyutradarai!
SALAM